Kerjasama Usaha Bisnis dalam Ajaran Islam
Istilah atau definisi kerjasama usaha atau disebut juga syarikat, yaitu persekutuan antara dua orang atau lebih untuk mengadakan usaha, guna mendapatkan keuntungan bersama. Keuntungan ini dibagi di antara mereka berdasarkan ketentuan yang telah disepakati.
Kerjasama ini sangat penting dalam kehidupan manusia, yang dapat menimbulkan rasa setia kawan, sehingga mereka saling membantu dan bertolong-menolong (ta’awun alal birri) mencari rizki yang halal serta mewujudkan kesejahteraan hidup mereka. Sedang tolong-menolong dalam kebaikan dan ketaqwaan adalah suatu keharusan yang utama dalam agama Islam.

Firman Allah SWT:
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۚ
“Dan tolong-menolonglah kamu pada kebaikan dan ketakwaan, dan jangan bertolong-menolong dalam perbuatan dosa dan permusuhan”. (QS. Al-Maidah : 2)
Manusia di alam dunia ini tidak mungkin dapat hidup sendiri-sendiri dalam mencukupi keperluannya masing-masing, sehingga mereka memerlukan kerjasama, baik dalam bidang perdagangan maupun dalam bidang pertanian. Sebab ada orang yang mempunyai modal, tetapi tidak mempunyai kemampuan untuk menjalankan modal itu. Sebaliknya ada orang yang mempunyai tenaga dan kemampuan, tetapi tidak mempunyai modal. Atau mereka hanya mempunyai modal yang kecil saja, yang apabila dikumpulkan bersama menjadi modal yang besar, tentu akan mendapat keuntungan yang besar pula.

Dalam bidang pertanian juga demikian, ada orang yang mempunyai sawah atau kebun, tetapi mereka tidak mampu mengurus dan menanaminya untuk mendapatkan hasil. Sebaliknya ada orang yang mempunyai tenaga dan kemampuan untuk menggarap, tetapi tidak mempunyai lahan sawah atau kebun untuk digarap.

Demikian pula dalam mengerjakan suatu pekerjaan besar, seperti mengerjakan sebuah bangunan yang tidak mungking hanya dikerjakan oleh seorang diri, tetapi perlu diselesaikan oleh beberapa orang tenaga kerja yang mempunyai keahlian yang sama atau berbeda-beda.

Hal-hal tersebut di atas menunjukkan betapa perlunya orang mengadakan kerjasama usaha, untuk mendapatkan hasil atau keuntungan bagi kesejahteraan hidup mereka.

Kerjasama hendaklah dilandasi keikhlasan dan kejujuran, hingga tidak terjadi pengkhianatan, yang sangat merugikan bagi kerjasama tersebut. Hak-hak dan kewajiban anggota seperti pembagian keuntungan atau hasil harus berdasarkan keputusan musyawarah yang dita’ati oleh setiap anggota.

Kerjasama dalam bidang perdagangan. Jenis kerjasama dalam bidang perdagangan ada beberapa macam: diantaranya syarikat ‘inan atau harta, ialah perjanjian antara dua orang atau lebih untuk bersyarikat pada sejumlah harta yang tertentu atau menjalankan dengan maksud hendak mendapatkan keuntungan. Termasuk dalam hal ini Firma, Koperasi, dan Perseroan Terbatas.

Modal hendaklah jenis barang yang telah disepakati bersama, seperti uang, beras dan sebagainya, yang dapat ditakar, diukur dan ditimbang, sehingga jelas perbandingan modal masing-masing. Berdasarkan perbandingan tersebut dapatlah ditentukan keuntungan atau kerugian yang mungkin terjadi nanti bagi masing-masing anggota.

Setiap anggota di samping memberi modal boleh pula bekerja menjalankan harta syarikat, dan boleh pula yang bekerja itu hanya sebagian saja menurut kesepakatan bersama. Usaha bersama ini termasuk perbuatan terpuji yang dianjurkan oleh agama, dengan syarat masing-masing anggota bersikap jujur dan tidak khianat mengkhianati. Semua pekerjaan haruslah berasaskan kemashlahatan dan keuntungan bersama.

Sedangkan jenis usaha dalam bidang perdagangan berikutnya yaitu qirodh, yaitu memberi modal kepada orang lain buat diperdagangkan sedang keuntungan akan dibagi menurut perjanjian sewaktu akad.

Qirodh ini berlandaskan kepada sunnah fi’liyah (perilaku Nabi Muhammad SAW) sendiri, sewaktu beliau menerima modal dari Siti Khodijah buat diperdagangkan ke Negeri Syiria, juga berdasarkan ijma’ para sahabat. Dari masa jahiliah qiradh ini sudah dijumpai, kemudian oleh Islam disetujui.

Rukun yang harus ada pada kerjasama qiradh ini adalah sebagai berikut:
  • Modal, hendaklah diketahui dengan jelas banyaknya.
  • Pekerjaan, yaitu yang bekerja bebas menentukan jenis barang yang diperdagangkan, tempat berdagang dan cara kerjanya, asal ada harapan akan beroleh keuntungan yang halal.
  • Keuntungan, dibagi berdasarkan perjanjian yang telah ditentukan sewaktu akad.
  • Pemilik modal dan yang bekerja, hendaklah yang sudah baligh lagi berakal.
Kerjasama berikutnya dalam bidang perdagangan adalah syarikat kerja, ialah permufakatan di antara dua atau lebih untuk mengerjakan atau mengusahakan suatu pekerjaan, sedang hasilnya akan dibagi menurut perjanjian, umpamanya mendirikan bangunan, mencari ikan atau berburu dan lain sebagainya.

Jenis pekerjaan boleh berbeda menurut keahlian masing-masing, seperti tukang kayu, tukang batu, tukang besi, dan sebagainya. Demikian pula tenaga yang mereka keluarkan mungkin tidak sama. Karena itu besar kecilnya penghasilan seseorang ditentukan pula oleh berat ringannya tugas atau tanggung jawab.

Adapun kerjasama dalam bidang pertanian merupakan salah satu cara berusaha yang terpuji yang ada petunjuk teknisnya dalam agama Islam, karena mengandung unsur tolong menolong (ta’awun) dan bergotong-royong, seperti dinyatakan oleh Allah dalam firman-Nya Qur’an Surat Al-Maidah ayat 2 di atas.

Berikut ini akan dibahas mengenai musaqah, muzara’ah dan mukhabarah, yaitu kerjasama bagi hasil dalam pertanian, baik perkebunan maupun pertanian.

Musaqah (paroan kebun) ialah bila pemilik kebun menyerahkan pemeliharaan kebunnya kepada orang lain, sedang hasil tanaman akan dibagi menurut perbandingan yang telah disetujui sewaktu akad. Musaqah ini telah ada tuntunannya dari masa Nabi SAW berdasarkan sebuah hadits:

“Dari Ibnu Umar RA bahwa Nabi SAW menyerahkan pemeliharaan tanahnya kepada penduduk khaibar, dengan perjanjian mereka akan beroleh sebahagian dari hasilnya, baik berupa buah-buahan maupun tanam-tanaman” (HR. Muslim).

Muzaraah dan mukhabarah (paroan sawah dan ladang) ialah paroan sawah atau ladang, sedang benihnya dari pemilik tanah. Mukhabarah ialah paroan sawah atau ladang, sedang berihnya dari penggarap.

Muzaraah dan mukhabarah ini juga dianjurkan. Keterangan atau alasannya ialah hadits di atas yang menyatakan: “Baik berupa buah-buahan maupun hasil tanam-tanaman”.

Demikain jenis dan macam kerjasama usaha bisnis dalam Islam yang telah jelas cara dan tuntunannya. Semoga bermanfaat.


Istilah atau definisi kerjasama usaha atau disebut juga syarikat, yaitu persekutuan antara dua orang atau lebih untuk mengadakan usaha, guna mendapatkan keuntungan bersama. Keuntungan ini dibagi di antara mereka berdasarkan ketentuan yang telah disepakati.
Kerjasama ini sangat penting dalam kehidupan manusia, yang dapat menimbulkan rasa setia kawan, sehingga mereka saling membantu dan bertolong-menolong (ta’awun alal birri) mencari rizki yang halal serta mewujudkan kesejahteraan hidup mereka. Sedang tolong-menolong dalam kebaikan dan ketaqwaan adalah suatu keharusan yang utama dalam agama Islam.

Firman Allah SWT:
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۚ
“Dan tolong-menolonglah kamu pada kebaikan dan ketakwaan, dan jangan bertolong-menolong dalam perbuatan dosa dan permusuhan”. (QS. Al-Maidah : 2)
Manusia di alam dunia ini tidak mungkin dapat hidup sendiri-sendiri dalam mencukupi keperluannya masing-masing, sehingga mereka memerlukan kerjasama, baik dalam bidang perdagangan maupun dalam bidang pertanian. Sebab ada orang yang mempunyai modal, tetapi tidak mempunyai kemampuan untuk menjalankan modal itu. Sebaliknya ada orang yang mempunyai tenaga dan kemampuan, tetapi tidak mempunyai modal. Atau mereka hanya mempunyai modal yang kecil saja, yang apabila dikumpulkan bersama menjadi modal yang besar, tentu akan mendapat keuntungan yang besar pula.

Dalam bidang pertanian juga demikian, ada orang yang mempunyai sawah atau kebun, tetapi mereka tidak mampu mengurus dan menanaminya untuk mendapatkan hasil. Sebaliknya ada orang yang mempunyai tenaga dan kemampuan untuk menggarap, tetapi tidak mempunyai lahan sawah atau kebun untuk digarap.

Demikian pula dalam mengerjakan suatu pekerjaan besar, seperti mengerjakan sebuah bangunan yang tidak mungking hanya dikerjakan oleh seorang diri, tetapi perlu diselesaikan oleh beberapa orang tenaga kerja yang mempunyai keahlian yang sama atau berbeda-beda.

Hal-hal tersebut di atas menunjukkan betapa perlunya orang mengadakan kerjasama usaha, untuk mendapatkan hasil atau keuntungan bagi kesejahteraan hidup mereka.

Kerjasama hendaklah dilandasi keikhlasan dan kejujuran, hingga tidak terjadi pengkhianatan, yang sangat merugikan bagi kerjasama tersebut. Hak-hak dan kewajiban anggota seperti pembagian keuntungan atau hasil harus berdasarkan keputusan musyawarah yang dita’ati oleh setiap anggota.

Kerjasama dalam bidang perdagangan. Jenis kerjasama dalam bidang perdagangan ada beberapa macam: diantaranya syarikat ‘inan atau harta, ialah perjanjian antara dua orang atau lebih untuk bersyarikat pada sejumlah harta yang tertentu atau menjalankan dengan maksud hendak mendapatkan keuntungan. Termasuk dalam hal ini Firma, Koperasi, dan Perseroan Terbatas.

Modal hendaklah jenis barang yang telah disepakati bersama, seperti uang, beras dan sebagainya, yang dapat ditakar, diukur dan ditimbang, sehingga jelas perbandingan modal masing-masing. Berdasarkan perbandingan tersebut dapatlah ditentukan keuntungan atau kerugian yang mungkin terjadi nanti bagi masing-masing anggota.

Setiap anggota di samping memberi modal boleh pula bekerja menjalankan harta syarikat, dan boleh pula yang bekerja itu hanya sebagian saja menurut kesepakatan bersama. Usaha bersama ini termasuk perbuatan terpuji yang dianjurkan oleh agama, dengan syarat masing-masing anggota bersikap jujur dan tidak khianat mengkhianati. Semua pekerjaan haruslah berasaskan kemashlahatan dan keuntungan bersama.

Sedangkan jenis usaha dalam bidang perdagangan berikutnya yaitu qirodh, yaitu memberi modal kepada orang lain buat diperdagangkan sedang keuntungan akan dibagi menurut perjanjian sewaktu akad.

Qirodh ini berlandaskan kepada sunnah fi’liyah (perilaku Nabi Muhammad SAW) sendiri, sewaktu beliau menerima modal dari Siti Khodijah buat diperdagangkan ke Negeri Syiria, juga berdasarkan ijma’ para sahabat. Dari masa jahiliah qiradh ini sudah dijumpai, kemudian oleh Islam disetujui.

Rukun yang harus ada pada kerjasama qiradh ini adalah sebagai berikut:
  • Modal, hendaklah diketahui dengan jelas banyaknya.
  • Pekerjaan, yaitu yang bekerja bebas menentukan jenis barang yang diperdagangkan, tempat berdagang dan cara kerjanya, asal ada harapan akan beroleh keuntungan yang halal.
  • Keuntungan, dibagi berdasarkan perjanjian yang telah ditentukan sewaktu akad.
  • Pemilik modal dan yang bekerja, hendaklah yang sudah baligh lagi berakal.
Kerjasama berikutnya dalam bidang perdagangan adalah syarikat kerja, ialah permufakatan di antara dua atau lebih untuk mengerjakan atau mengusahakan suatu pekerjaan, sedang hasilnya akan dibagi menurut perjanjian, umpamanya mendirikan bangunan, mencari ikan atau berburu dan lain sebagainya.

Jenis pekerjaan boleh berbeda menurut keahlian masing-masing, seperti tukang kayu, tukang batu, tukang besi, dan sebagainya. Demikian pula tenaga yang mereka keluarkan mungkin tidak sama. Karena itu besar kecilnya penghasilan seseorang ditentukan pula oleh berat ringannya tugas atau tanggung jawab.

Adapun kerjasama dalam bidang pertanian merupakan salah satu cara berusaha yang terpuji yang ada petunjuk teknisnya dalam agama Islam, karena mengandung unsur tolong menolong (ta’awun) dan bergotong-royong, seperti dinyatakan oleh Allah dalam firman-Nya Qur’an Surat Al-Maidah ayat 2 di atas.

Berikut ini akan dibahas mengenai musaqah, muzara’ah dan mukhabarah, yaitu kerjasama bagi hasil dalam pertanian, baik perkebunan maupun pertanian.

Musaqah (paroan kebun) ialah bila pemilik kebun menyerahkan pemeliharaan kebunnya kepada orang lain, sedang hasil tanaman akan dibagi menurut perbandingan yang telah disetujui sewaktu akad. Musaqah ini telah ada tuntunannya dari masa Nabi SAW berdasarkan sebuah hadits:

“Dari Ibnu Umar RA bahwa Nabi SAW menyerahkan pemeliharaan tanahnya kepada penduduk khaibar, dengan perjanjian mereka akan beroleh sebahagian dari hasilnya, baik berupa buah-buahan maupun tanam-tanaman” (HR. Muslim).

Muzaraah dan mukhabarah (paroan sawah dan ladang) ialah paroan sawah atau ladang, sedang benihnya dari pemilik tanah. Mukhabarah ialah paroan sawah atau ladang, sedang berihnya dari penggarap.

Muzaraah dan mukhabarah ini juga dianjurkan. Keterangan atau alasannya ialah hadits di atas yang menyatakan: “Baik berupa buah-buahan maupun hasil tanam-tanaman”.

Demikain jenis dan macam kerjasama usaha bisnis dalam Islam yang telah jelas cara dan tuntunannya. Semoga bermanfaat.

terkait dengan Kerjasama Usaha Bisnis dalam Ajaran Islam :

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar