Perkara Yang Dapat Merusak Iman
Ada banyak hal yang dapat merusak iman dan keyakinan seseorang, namun pada tulisan di bawah ini akan dibahas tiga hal saja yang paling berpengaruh pada keimanan manusia, yaitu: Syirik, Nifak dan Dosa Besar.

Ketiga hal di atas tentu saja harus kita waspadai agar tidak terjebak pada jalan yang salah dan berujung pada kecelakaan dunia dan akhirat. Nudzubillahi min dzaalik. Ketiga hal yang dapat merusak iman sesorang tersebuat adalah:

Pertama: Syirik Perusak Iman

Islam adalah agama tauhid, yaitu agama yang mempercayai dan meyakini bahwa pencipta dan pemelihara alam semesta ini hanyalah Allah SWT, Tuhan Maha Esa yang tidak ada sekutu bagi-Nya.

Tauhid adalah dasar terpenting dalam agama Islam, bahkan menjadi jiwa dan saripati agama itu. Tanpa tauhid agama itu menjadi batal dan tidak berarti sama sekali, hingga dengan sendirinya jatuh menjadi “Syirik”, orangnya disebut “Musyrik”.

Musyrik artinya orang yang mempersekutukan Allah, yaitu orang yang mempercayai tentang masih ada lagi Tuhan selain Allah tempat ia mengabdikan diri. Jadi seseorang telah dinyatakan musyrik apabila ia telah menghormati atau memuja sesuatu, menyamai atau melebihi penghormatan dan pemujaan kepada Allah, termasuk penyembahan kepada patung dan berhala, meminta-minta kepada kuburan atau benda-benda yang dianggap keramat, meyakini adanya benda-benda yang mempunyai kekuatan gaib yang dapat menjaga atau melindungi dirinya dari marabahaya seperti jimat dan lain-lain. Bahkan syirik itu bisa terjadi pula dalam berdo’a dengan menggunakan washilah atau memakai perantara.

Mempersekutukan Allah SWT adalah merupakan dosa besar yang tidak diampuni, karena mengandung keingkaran dan pengkhianatan terhadap pengakuan kekuasaan-Nya yang mutlak.

Keadaan orang musyrik itu telah digambarkan oleh Allah SWT dalam firman-Nya:

يَدْعُو مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُ وَمَا لَا يَنْفَعُهُ ۚ ذَٰلِكَ هُوَ الضَّلَالُ الْبَعِيدُ

“Ia berdo’a meminta kepada selain Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi mudarat dan tidak pula memberi manfaat kepadanya; yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh” (QS. Al-Haj: 12)
Selanjutnya firman Allah dalam ayat lain:

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ ۚ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَىٰ إِثْمًا عَظِيمًا
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa selain dari (Syirik) itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sesungguhnya ia telah berbuat dosa yang besar” (Q.S An-Nisa: 48)
Termasuk pula kepada perbuatan musyrik ialah riyaa, yaitu beramal dan berbuat kebaikan karena mengharapkan pujian manusia. Mereka berbuat baik karena ingin dipuji dan dihargai jasanya. Riyaa ini dinamai oleh Nabi SAW dengan “Syirik yang halus”. Sifat tersebut merupakan penyakit rohani yang sangat buruk, niat yang tidak ikhlas, karena didasarkan berbakti kepada selain Allah SWT, dan bukan berbakti kepada Allah dan bukan karena mengharap ridha-Nya, sehingga tidak akan diterima oleh Allah SWT. Karena itu Rasulullah SAW telah memperingatkan dengan sabdanya:

عَنْ مَحْمُودِ بْنِ لَبِيدٍ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ" قَالُوا: وَمَا الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: "الرِّيَاءُ، . أخرجه أحمد
“ Sesungguhnya yang paling kutakuti atasmu ialah syirik yang kecil, para sahabat bertanya: Apakah syirik kecil itu? Rasul menjawab: Riyaa.” (HR. Ahmad)
Mempersekutukan Allah SWT adalah perbuatan yang sangat merusak iman, dan sangat merendahkan martabat manusia sebagai makhluk yang dimuliakan Allah dari makhluk-makhluk yang lain. Perbuatan tersebut mematikan akal dan pikiran manusia, hingga mereka tidak menyadari bahwa mereka telah menempatkan dirinya berada di bawah kekuasaan makhluk atau benda yang lebih kecil daripadanya. Karena itu syirik menjadi sumber kekacauan fikiran manusia yang akan menimbulkan perbuatan yang akan merugikan hidupnya, sehingga Allah SWT memperingatkan dengan firman-Nya:

وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ ۖ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
“Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: Hai anak ku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah itu, nyata-nyata kezaliman yang besar”. (Q.S Luqman: 13)
Kedua: Nifak Perusak Iman
Orang yang nifak disebut munafik, menurut istilah agama ialah orang yang pada lahirnya menyatakan beriman kepada Allah dan ajaran-ajaran yang dikembangkan oleh Rasulullah SAW, tetapi pada batinnya ia tidak percaya sedikitpun. Mereka menamakan dirinya beragama Islam, tetapi sebenarnya mereka benci dan memusuhi Islam. Mereka menonjolkan diri sebagai penganut agama yang kuat dan setia, tetapi ketika pergi ke musuh-musuh Islam, mereka menyatakan bahwa sebenarnya mereka tidak percaya kepada ajaran-ajaran Islam itu.

Keadaan orang munafik itu telah dinyatakan oleh Allah dalam firman-Nya:

وَ مِنَ النَّاسِ مَن يَقُوْلُ آمَنَّا بِاللهِ وَ بِالْيَوْمِ الآخِرِ وَ مَا هُم بِمُؤْمِنِيْنَ . يُخَادِعُوْنَ اللهَ وَ الَّذِيْنَ آمَنُوْا وَ مَا يَخْدَعُوْنَ إِلاَّ أَنفُسَهُم وَ مَا يَشْعُرُوْنَ
“Diantara manusa ada yang mengatakan: Kami beriman kepada Allah dan Hari Kemudian, padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri, sedang mereka tidak sadar” (QS. Al Baqarah: 8-9).
Di dalam pergaulan sehari-hari sebutan munafik sering dialamatkan kepada orang yang sikap hidupnya berpura-pura, tidak jujur, lain di mulut lain di hati, tidak sesuai perkataan dengan perbuatannya.

Orang munafik disebut juga orang yang bermuka dua. Sebenarnya mereka itu lebih berbahaya daripada orang musyrik dan orang kafir yang jelas pendirian mereka. Mereka merupakan musuh dalam selimut yang selalu berupaya untuk membuat kerusakan, tipu muslihat serta berkhianat dalam pergaulan. Akibatnya menimbulkan perselisihan, pergolakan dan ketidak tentraman yang amat merugikan dalam kehidupan masyarakat.

Sifat munafik itu adalah penyakit yang bersarang dalam hati manusia. Pada umumnya orang yang bersifat demikian sangat pandai menyembunyikan maksud jahatnya, pandai bermulut manis, sehingga orang mudah terpengaruh kepadanya. Mereka berlagak seperti pintar, tidak mau menerima nasihat dan peringatan orang, padahal sebenarnya mereka bodoh. Mereka adalah orang yang selalu dalam keragu-raguan, tidak berpendirian yang tetap, ibarat baling-baling di atas bukit, berputar menurut arah angin berhembus. Hidup mereka penuh dengan tipu muslihat, tujuan nya hanya mengacau dan merusak.

Mereka melakukan tipu muslihat itu tidak saja terhadap sesama manusia, tetapi juga terhadap Allah SWT. Jika ada orang yang melihatnya dia beramal ibadat dilakukannya seperti bersungguh-sungguh, tetapi bila tidak ada yang melihatnya dilakukan dengan bermalas-malasan atau setengah hati (karena keragu-raguannya itu). Mereka bersifat riyaa, tidak ikhlas, semata-mata mengharap pujian dan sanjungan, bukan didorong oleh rasa kesadaran dan tanggung jawab.

Sifat munafik adalah sifat yang amat rendah dan keji yang menunjukkan kebejatan akhlak seseorang. Iman menjadi rusak, karena perbuatannya sangat bertentangan dengan norma-norma agama nilai-nilai kemanusiaan, sehingga Allah SWT mengancam mereka dengan firman-Nya:

بَشِّرِ الْمُنَافِقِينَ بِأَنَّ لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا
“Kabarkanlah kepada orang-orang munafik itu bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih” (QS. An-Nisa: 138)
Maka berhati-hatilah dengan sifat orang munafik ini, dan jauhilah sifat tersebut, karena sangat berbahaya bagi kehidupan masyarakat serta merusak bagi keimanan sehingga mendapat kemurkaan Allah SWT.

Rasulullah telah menjelaskan kebusukan hati orang munafik dengan ciri-ciri sebagimana dalam riwayat hadits berikut ini:
“Empat perkara, siapa yang ada empat perkara tersebut pada dirinya, dialah orang munafik, dan yang ada setengah dari empat perkara itu, termasuk pula setengah orang munafik sampai ia meninggalkan semuanya: 1. Bila berbicara dia berdusta 2. Kalau berjanji tidak ditepatinya 3. Jika telah menyanggupi (dipercaya) dia khianat 4. Manakala berbantah dia berkeras kepala”. (HR. Buhkhari dari Ibnu Umar)

Ketiga: Dosa Besar Perusak Iman

Dosa ialah perbuatan atau tingkah laku yang bertentangan atau melawan hukum dan peraturan-peraturan Allah SWT, yakni perbuatan jahat, keji dan maksiat yang tidak diridhoi oleh Allah.

Orang yang berdosa akan mendapat balasan siksa dari Allah dan tempatnya di dalam neraka jika tidak mendapat ampunan Allah SWT. Sedang kepada orang taat dan berbuat baik diberikan pahala, dan tempat nya di dalam surga. Firman Allah:

فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ . وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula” (Az Zalzalah: 7-8)
Dosa itu bertingkat-tingkat, ada yang besar dan ada pula yang kecil. Dinamakan dosa besar, karena besar bahaya dan akibatnya, sedang dosa yang kecil, karena kecil pula bahaya dan akibatnya. Semua dosa baik yang besar maupun yang kecil adalah terlarang memperbuatnya, karena berakibat buruk bagi pelakunya dan menyebabkan rusaknya keimanan seseorang.

Setiap orang dapat merasakan perbuatan yang mendatangkan pahala dan dosa itu. Perbuatan baik akan memberikan kesan yang baik pula kepada jiwa, dimana hatinya merasa tentram mengerjakannya, seperti taat beribadah, suka menolong, jujur, menepati janji dan sebagainya. Sebaliknya dosa memberikan kesan buruk kepada jiwa, sehingga orang diliputi kekhawatiran dan kegelisahan, tidak tentram dan tidak suka terlihat orang lain, seperti melanggar hukum Allah, berkhianat, menipu, mencuri, durhaka kepada ibu-bapak dan sebagainya. Nabi bersabda dalam sebuah hadits:

عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : البرّ حسن الخلق ، والإثم ما حاك في نفسك ، وكرهت أن يطلع عليه الناس - رواه مسلم .
“Kebaikan itu ialah baik kelakuan (tentram hatu melakukannya), dan dosa itu ialah sesuatu yang menggores di dalam dada (tidak tentram hati melakukannya) dan engkau tidak suka akan terlihat oleh orang”. (HR. Muslim).

Demikian hal-hal perkara yang dapat merusak iman seseorang, yaitu: Syirik, Nifak dan Dosa besar. Semoga kita selalu dapat menghindar dan menjauhi ketiga hal tersebut di atas.

By: Aswan


Ada banyak hal yang dapat merusak iman dan keyakinan seseorang, namun pada tulisan di bawah ini akan dibahas tiga hal saja yang paling berpengaruh pada keimanan manusia, yaitu: Syirik, Nifak dan Dosa Besar.

Ketiga hal di atas tentu saja harus kita waspadai agar tidak terjebak pada jalan yang salah dan berujung pada kecelakaan dunia dan akhirat. Nudzubillahi min dzaalik. Ketiga hal yang dapat merusak iman sesorang tersebuat adalah:

Pertama: Syirik Perusak Iman

Islam adalah agama tauhid, yaitu agama yang mempercayai dan meyakini bahwa pencipta dan pemelihara alam semesta ini hanyalah Allah SWT, Tuhan Maha Esa yang tidak ada sekutu bagi-Nya.

Tauhid adalah dasar terpenting dalam agama Islam, bahkan menjadi jiwa dan saripati agama itu. Tanpa tauhid agama itu menjadi batal dan tidak berarti sama sekali, hingga dengan sendirinya jatuh menjadi “Syirik”, orangnya disebut “Musyrik”.

Musyrik artinya orang yang mempersekutukan Allah, yaitu orang yang mempercayai tentang masih ada lagi Tuhan selain Allah tempat ia mengabdikan diri. Jadi seseorang telah dinyatakan musyrik apabila ia telah menghormati atau memuja sesuatu, menyamai atau melebihi penghormatan dan pemujaan kepada Allah, termasuk penyembahan kepada patung dan berhala, meminta-minta kepada kuburan atau benda-benda yang dianggap keramat, meyakini adanya benda-benda yang mempunyai kekuatan gaib yang dapat menjaga atau melindungi dirinya dari marabahaya seperti jimat dan lain-lain. Bahkan syirik itu bisa terjadi pula dalam berdo’a dengan menggunakan washilah atau memakai perantara.

Mempersekutukan Allah SWT adalah merupakan dosa besar yang tidak diampuni, karena mengandung keingkaran dan pengkhianatan terhadap pengakuan kekuasaan-Nya yang mutlak.

Keadaan orang musyrik itu telah digambarkan oleh Allah SWT dalam firman-Nya:

يَدْعُو مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُ وَمَا لَا يَنْفَعُهُ ۚ ذَٰلِكَ هُوَ الضَّلَالُ الْبَعِيدُ

“Ia berdo’a meminta kepada selain Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi mudarat dan tidak pula memberi manfaat kepadanya; yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh” (QS. Al-Haj: 12)
Selanjutnya firman Allah dalam ayat lain:

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ ۚ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَىٰ إِثْمًا عَظِيمًا
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa selain dari (Syirik) itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sesungguhnya ia telah berbuat dosa yang besar” (Q.S An-Nisa: 48)
Termasuk pula kepada perbuatan musyrik ialah riyaa, yaitu beramal dan berbuat kebaikan karena mengharapkan pujian manusia. Mereka berbuat baik karena ingin dipuji dan dihargai jasanya. Riyaa ini dinamai oleh Nabi SAW dengan “Syirik yang halus”. Sifat tersebut merupakan penyakit rohani yang sangat buruk, niat yang tidak ikhlas, karena didasarkan berbakti kepada selain Allah SWT, dan bukan berbakti kepada Allah dan bukan karena mengharap ridha-Nya, sehingga tidak akan diterima oleh Allah SWT. Karena itu Rasulullah SAW telah memperingatkan dengan sabdanya:

عَنْ مَحْمُودِ بْنِ لَبِيدٍ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ" قَالُوا: وَمَا الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: "الرِّيَاءُ، . أخرجه أحمد
“ Sesungguhnya yang paling kutakuti atasmu ialah syirik yang kecil, para sahabat bertanya: Apakah syirik kecil itu? Rasul menjawab: Riyaa.” (HR. Ahmad)
Mempersekutukan Allah SWT adalah perbuatan yang sangat merusak iman, dan sangat merendahkan martabat manusia sebagai makhluk yang dimuliakan Allah dari makhluk-makhluk yang lain. Perbuatan tersebut mematikan akal dan pikiran manusia, hingga mereka tidak menyadari bahwa mereka telah menempatkan dirinya berada di bawah kekuasaan makhluk atau benda yang lebih kecil daripadanya. Karena itu syirik menjadi sumber kekacauan fikiran manusia yang akan menimbulkan perbuatan yang akan merugikan hidupnya, sehingga Allah SWT memperingatkan dengan firman-Nya:

وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ ۖ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
“Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: Hai anak ku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah itu, nyata-nyata kezaliman yang besar”. (Q.S Luqman: 13)
Kedua: Nifak Perusak Iman
Orang yang nifak disebut munafik, menurut istilah agama ialah orang yang pada lahirnya menyatakan beriman kepada Allah dan ajaran-ajaran yang dikembangkan oleh Rasulullah SAW, tetapi pada batinnya ia tidak percaya sedikitpun. Mereka menamakan dirinya beragama Islam, tetapi sebenarnya mereka benci dan memusuhi Islam. Mereka menonjolkan diri sebagai penganut agama yang kuat dan setia, tetapi ketika pergi ke musuh-musuh Islam, mereka menyatakan bahwa sebenarnya mereka tidak percaya kepada ajaran-ajaran Islam itu.

Keadaan orang munafik itu telah dinyatakan oleh Allah dalam firman-Nya:

وَ مِنَ النَّاسِ مَن يَقُوْلُ آمَنَّا بِاللهِ وَ بِالْيَوْمِ الآخِرِ وَ مَا هُم بِمُؤْمِنِيْنَ . يُخَادِعُوْنَ اللهَ وَ الَّذِيْنَ آمَنُوْا وَ مَا يَخْدَعُوْنَ إِلاَّ أَنفُسَهُم وَ مَا يَشْعُرُوْنَ
“Diantara manusa ada yang mengatakan: Kami beriman kepada Allah dan Hari Kemudian, padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri, sedang mereka tidak sadar” (QS. Al Baqarah: 8-9).
Di dalam pergaulan sehari-hari sebutan munafik sering dialamatkan kepada orang yang sikap hidupnya berpura-pura, tidak jujur, lain di mulut lain di hati, tidak sesuai perkataan dengan perbuatannya.

Orang munafik disebut juga orang yang bermuka dua. Sebenarnya mereka itu lebih berbahaya daripada orang musyrik dan orang kafir yang jelas pendirian mereka. Mereka merupakan musuh dalam selimut yang selalu berupaya untuk membuat kerusakan, tipu muslihat serta berkhianat dalam pergaulan. Akibatnya menimbulkan perselisihan, pergolakan dan ketidak tentraman yang amat merugikan dalam kehidupan masyarakat.

Sifat munafik itu adalah penyakit yang bersarang dalam hati manusia. Pada umumnya orang yang bersifat demikian sangat pandai menyembunyikan maksud jahatnya, pandai bermulut manis, sehingga orang mudah terpengaruh kepadanya. Mereka berlagak seperti pintar, tidak mau menerima nasihat dan peringatan orang, padahal sebenarnya mereka bodoh. Mereka adalah orang yang selalu dalam keragu-raguan, tidak berpendirian yang tetap, ibarat baling-baling di atas bukit, berputar menurut arah angin berhembus. Hidup mereka penuh dengan tipu muslihat, tujuan nya hanya mengacau dan merusak.

Mereka melakukan tipu muslihat itu tidak saja terhadap sesama manusia, tetapi juga terhadap Allah SWT. Jika ada orang yang melihatnya dia beramal ibadat dilakukannya seperti bersungguh-sungguh, tetapi bila tidak ada yang melihatnya dilakukan dengan bermalas-malasan atau setengah hati (karena keragu-raguannya itu). Mereka bersifat riyaa, tidak ikhlas, semata-mata mengharap pujian dan sanjungan, bukan didorong oleh rasa kesadaran dan tanggung jawab.

Sifat munafik adalah sifat yang amat rendah dan keji yang menunjukkan kebejatan akhlak seseorang. Iman menjadi rusak, karena perbuatannya sangat bertentangan dengan norma-norma agama nilai-nilai kemanusiaan, sehingga Allah SWT mengancam mereka dengan firman-Nya:

بَشِّرِ الْمُنَافِقِينَ بِأَنَّ لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا
“Kabarkanlah kepada orang-orang munafik itu bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih” (QS. An-Nisa: 138)
Maka berhati-hatilah dengan sifat orang munafik ini, dan jauhilah sifat tersebut, karena sangat berbahaya bagi kehidupan masyarakat serta merusak bagi keimanan sehingga mendapat kemurkaan Allah SWT.

Rasulullah telah menjelaskan kebusukan hati orang munafik dengan ciri-ciri sebagimana dalam riwayat hadits berikut ini:
“Empat perkara, siapa yang ada empat perkara tersebut pada dirinya, dialah orang munafik, dan yang ada setengah dari empat perkara itu, termasuk pula setengah orang munafik sampai ia meninggalkan semuanya: 1. Bila berbicara dia berdusta 2. Kalau berjanji tidak ditepatinya 3. Jika telah menyanggupi (dipercaya) dia khianat 4. Manakala berbantah dia berkeras kepala”. (HR. Buhkhari dari Ibnu Umar)

Ketiga: Dosa Besar Perusak Iman

Dosa ialah perbuatan atau tingkah laku yang bertentangan atau melawan hukum dan peraturan-peraturan Allah SWT, yakni perbuatan jahat, keji dan maksiat yang tidak diridhoi oleh Allah.

Orang yang berdosa akan mendapat balasan siksa dari Allah dan tempatnya di dalam neraka jika tidak mendapat ampunan Allah SWT. Sedang kepada orang taat dan berbuat baik diberikan pahala, dan tempat nya di dalam surga. Firman Allah:

فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ . وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula” (Az Zalzalah: 7-8)
Dosa itu bertingkat-tingkat, ada yang besar dan ada pula yang kecil. Dinamakan dosa besar, karena besar bahaya dan akibatnya, sedang dosa yang kecil, karena kecil pula bahaya dan akibatnya. Semua dosa baik yang besar maupun yang kecil adalah terlarang memperbuatnya, karena berakibat buruk bagi pelakunya dan menyebabkan rusaknya keimanan seseorang.

Setiap orang dapat merasakan perbuatan yang mendatangkan pahala dan dosa itu. Perbuatan baik akan memberikan kesan yang baik pula kepada jiwa, dimana hatinya merasa tentram mengerjakannya, seperti taat beribadah, suka menolong, jujur, menepati janji dan sebagainya. Sebaliknya dosa memberikan kesan buruk kepada jiwa, sehingga orang diliputi kekhawatiran dan kegelisahan, tidak tentram dan tidak suka terlihat orang lain, seperti melanggar hukum Allah, berkhianat, menipu, mencuri, durhaka kepada ibu-bapak dan sebagainya. Nabi bersabda dalam sebuah hadits:

عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : البرّ حسن الخلق ، والإثم ما حاك في نفسك ، وكرهت أن يطلع عليه الناس - رواه مسلم .
“Kebaikan itu ialah baik kelakuan (tentram hatu melakukannya), dan dosa itu ialah sesuatu yang menggores di dalam dada (tidak tentram hati melakukannya) dan engkau tidak suka akan terlihat oleh orang”. (HR. Muslim).

Demikian hal-hal perkara yang dapat merusak iman seseorang, yaitu: Syirik, Nifak dan Dosa besar. Semoga kita selalu dapat menghindar dan menjauhi ketiga hal tersebut di atas.

By: Aswan

terkait dengan Perkara Yang Dapat Merusak Iman :

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar